AnakStartup.id – Kontributor terbesar terhadap total sampah nasional Indonesia bukanlah sampah plastik, tetapi sampah makanan.
Sebanyak 40,6% dari total sampah nasional Indonesia adalah sampah makanan, sementara sampah plastik hanya 18,1% (data SIPSN 2022).
Angka ini sungguh mencengangkan mengingat dampak negatif yang ditimbulkan oleh tumpukan sampah makanan yang dibuang begitu saja.
Sampah makanan yang terbuang sia-sia ini menimbulkan masalah lingkungan dan ekonomi. Dari sisi lingkungan, sampah makanan yang dibuang ke TPA akan menghasilkan gas metana yang sangat berbahaya bagi pemanasan global. Gas ini juga berpotensi mencemari air tanah dan lingkungan sekitar.
Sementara dari sisi ekonomi, sampah makanan yang terbuang sia-sia berarti pemborosan sumber daya. Bahan makanan yang dibuang sebenarnya masih memiliki nilai ekonomis jika dikelola dengan benar. Sayangnya, kesadaran masyarakat Indonesia akan hal ini masih sangat rendah.
Oleh karena itu, Risaikel hadir sebagai solusi cerdas dan inovatif untuk masalah sampah makanan yang ternyata menjadi kontributor terbesar sampah nasional Indonesia. Risaikel adalah sebuah startup yang fokus mengolah limbah makanan organik menjadi pupuk kompos berkualitas tinggi.
Berawal dari Gerakan Nasional 1000 Startup Digital
Startup Risaikel berawal dari program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital (GN1000SD) tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.
Empat orang founder Risaikel bergabung dengan ekosistem GN1000SD 2023 dari Hub 12 Sulawesi Utara.
Melalui program inkubasi dan pendampingan di GN1000SD inilah ide bisnis Risaikel mulai dirintis. Risaikel kemudian resmi didirikan pada acara Hack4ID x Bank Indonesia di Sulawesi Utara pada 7-8 Juli 2023 sebagai salah satu startup peserta.
Setelah itu, Risaikel mengikuti program National Hacksprint sebagai peserta dari Hub 12 Sulawesi Utara. Terakhir, Risaikel menjadi salah satu peserta terpilih yang lolos ke program National Bootcamp Hub 12 Sulawesi Utara. Melalui rangkaian program di GN1000SD 2023 ini, Risaikel bisa terus berkembang.
Empat Founder Risaikel
Adapun founder Risaikel adalah 4 orang pemuda kreatif asal Sulawesi Utara, yaitu Fidelis Richard Montolalu sebagai founder utama, Shergio Ramanda Yusuf, Priska Sembel Wondal, dan Wesly Pieters sebagai anggota tim.
Keempat founder Risaikel merupakan lulusan perguruan tinggi di Sulawesi Utara dengan latar belakang bidang pertanian, lingkungan, dan teknologi. Mereka memiliki semangat tinggi dan komitmen kuat untuk memberdayakan potensi lokal demi kemajuan daerah.
Filosofi Nama dan Logo
Nama Risaikel diambil dari kata “Recycle” yang berarti daur ulang. Namun, Risaikel sengaja mengubah ejaan menjadi versi bahasa Indonesia agar mudah diingat dan dipahami masyarakat lokal.
Sedangkan logo Risaikel dibuat dengan konsep yang cerdas, yaitu menggabungkan huruf “e” dan ikon daur ulang.
Desain logo ini terlihat seperti panah melingkar yang melambangkan proses daur ulang tak berhenti. Warna hijau pada logo melambangkan keserasian dengan tema lingkungan dan pertanian.
Fokus Pengolahan Sampah Makanan
Fokus utama Risaikel adalah melakukan pengolahan sampah makanan organik dengan tujuan mengubahnya menjadi produk atau bahan bermanfaat.
Hal ini mendukung konsep daur ulang dan pengelolaan limbah makanan yang bertanggung jawab demi lingkungan lebih lestari.
Startup Risaikel sudah mulai beroperasi dengan mengolah sampah makanan seperti ampas kopi yang didapat dari mitra, yaitu beberapa coffee shop di Kota Manado. Pemilihan ampas kopi sebagai bahan baku awal karena relatif mudah diolah dan didapatkan.
Ampas kopi kaya akan kandungan organik yang baik untuk diolah menjadi pupuk kompos. Risaikel menggunakan teknik pengomposan modern untuk menguraikan dan memfermentasi ampas kopi agar menjadi pupuk organik berkualitas.
Pupuk organik dari ampas kopi ini kemudian dikemas dan dipasarkan ke berbagai pihak, seperti: kedai kopi, rumah makan, hingga masyarakat umum.
Selain itu, Risaikel juga memasarkan ampas kopi yang sudah diolah sebagai pakan ternak sapi dan kambing.
Dengan mengubah limbah menjadi produk bernilai ekonomi, Risaikel turut membantu mengurangi volume sampah makanan di Sulawesi Utara. Risaikel juga ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah makanan yang bertanggung jawab.
Ke depannya, Risaikel berencana menjalin kemitraan dengan pemasok bahan baku limbah makanan yang lebih variatif, seperti sayuran, buah-buahan, nasi sisa, dan lainnya.
Dengan demikian, kontribusi Risaikel dalam mengurangi sampah makanan di Indonesia bisa semakin besar dan berdampak luas.(kompasiana)