AnakStartup.id, Jakarta – Meskipun aktivitas modal ventura global sedang lesu, startup di Asia tetap membuat terobosan baru. Daftar 100 to Watch dari Forbes Asia tahun ini menyoroti perusahaan kecil dan startup yang menjanjikan yang menargetkan pasar yang kurang terlayani atau menerapkan teknologi baru.
Teknologi ini mulai dari AI generatif hingga diagnostik kanker berbasis darah.
Selain itu, juga mencakup inovasi ramah lingkungan, seperti startup pengembangan protein alternatif berbasis serangga dan digitalisasi produksi susu untuk meningkatkan hasil.
Terdapat tiga belas negara dan wilayah yang terwakili dalam 11 kategori, termasuk bioteknologi dan layanan kesehatan, e-commerce dan ritel, serta keuangan.
Singapura memimpin daftar tersebut untuk tahun kedua, dengan menyumbang 20 perusahaan ke dalam daftar. Kemudian diikuti oleh Hong Kong dengan 15 perusahaan dan China daratan dengan 11 perusahaan.
Perusahaan di Indonesia dan Filipina masing-masing menyumbang 11 dan 9 perusahaan.
Daftar 11 perusahaan kecil dan startup dari Indonesia yang Menjanjikan
Berikut ini adalah daftar 11 perusahaan kecil dan startup dari Indonesia dengan prospek kuat yang masuk dalam daftar Forbes seperti dilansir CNBC Indonesia (Kamis, 31/08/2023):
1. Beleaf
Startup pertanian hidroponik ini didirikan tahun 2019. Investor utamanya termasuk Alpha JWC Ventures, BRI Ventures, MDI Ventures, dan Openspace Ventures.
Perusahaan tersebut menanam sayuran hijau, herba, dan umbi-umbian untuk mitra seperti jaringan hotpot Haidilao dan raksasa e-commerce Shopee.
Pada tahun 2022 juga mendukung petani Indonesia dengan panduan pertanian, dukungan teknis, dan layanan pemasaran.
Operasi Beleaf mencakup lahan pertanian seluas lima hektar dan perusahaan mengklaim memiliki 20 mitra FaaS.
Baca buku: 10 Jenis Usaha yang Menjanjikan Sampai Sepuluh Tahun Kedepan
2. Chickin
Masih dari startup pertanian, Chickin lahir 2020 lalu. Investor utamanya adalah 500 Global, East Ventures, Plug and Play APAC.
Chickin menggunakan teknologi IoT untuk pengelolaan unggas dan distribusi daging. Perusahaan ini menawarkan peralatan pertanian cerdas yang terintegrasi dengan teknologi berbasis cloud, yang disebut CI-Touch, untuk mengoptimalkan pengendalian iklim, manajemen peralatan, dan kondisi kehidupan ternak. Startup ini mendukung lebih dari 9.800 peternak ayam.
Dapatkan sekarang: Kaos Anak Startup, Kaos CEO/STAFF/MENTOR, Kaosnya Perintis Bukan Pewaris
3. Cosmart
Starup ecommerce dan retail ini baru berdiri pada 2022 lalu dengan investor utama East Ventures, Lightspeed Venture Partners, dan Vertex Ventures.
Cosmart adalah platform e-commerce berbasis keanggotaan untuk barang-barang penting.
Melalui situs web dan aplikasi selulernya, pengguna dapat melakukan pembelian barang-barang rumah tangga dan makanan ringan dalam jumlah besar, yang diklaim oleh startup tersebut ditawarkan dengan harga lebih rendah daripada supermarket.
Pada tahun 2022, Cosmart mendapatkan pendanaan awal sebesar US$5 juta untuk ekspansinya di Asia Tenggara.
Baca juga: Qiscus Perkenalkan Kolaborasi Omnichannel dan AI dalam Produk Barunya di Conversa 3.0
4. Crowde
Berdiri sejak tahun 2016, Crowde merupakan startup dengan investor utama Revisse Partners, Great Giant Foods, Gree Ventures, Mandiri Capital Indonesia, Monk’s Hill Ventures, Strive, dan UMG Idealab.
Startup pinjaman peer-to-peer, Crowde, bertujuan membantu petani Indonesia mengembangkan bisnis mereka. Melalui Crowde, petani dapat mengajukan pinjaman dengan menentukan jumlah yang mereka butuhkan, komoditas apa yang ingin mereka tanam dan luas lahan yang tersedia. Aplikasi startup tersebut, Toko Tani, juga menawarkan saran mengenai budi daya tanaman apa yang sedang laris.
5. Dagangan
Dagangan didukung oleh investor utama 500 Global, AC Capital, Blue Bird Group, BTPN Syariah, Cyberagent Capital, GK Plug and Play, K3 Ventures, Monk’s Hill Ventures, Prasetia Dwidharma, dan Spiral Ventures
Dagangan adalah platform perdagangan sosial yang menargetkan masyarakat perdesaan di Indonesia yang kekurangan akses terhadap kebutuhan sehari-hari.
Melalui aplikasi Dagangan, pelanggan di lebih dari 20.000 desa di seluruh Indonesia dapat membeli bahan makanan, pakaian, dan lainnya, dengan layanan pengiriman satu hari.
6. Fresh Factory
Fresh Factory merupakan startup logistik dan transportasi yang didirikan pada 2020.
Investor utamanya dari East Ventures, Indogen Capital, Tap Applied Agri Services, Prima Adhisarana Indonesia, Kyobo Securities, Nusantara Card Semesta, NTUitive, Tridaya Rhema Solusi, Ubi Kapital Indonesia, Prasetia Dwidharma, SBI Ven Capital, Trihill Capital, Y Combinator.
Perusahaan pemenuhan rantai pendingin terintegrasi ini mengkhususkan diri dalam penyimpanan dan pengiriman barang dingin, beku, dan kering.
Startup ini menggunakan perangkat IoT di lebih dari 40 gudang untuk memantau suhu dan melacak lokasi produk, serta fungsi lainnya.
Baca juga: Mengenal 5 Anak Mudа Indonesia Pеndіrі Startup Tеrnаmа
7. Gokomodo
Startup pertanian Gokomodo lahir pada 2019 lalu. Saat ini investor utamanya termasuk East Ventures, Eight Capital, Indogen Capital, K3 Ventures, Sahabat Group, Sampoerna Financial, SMDV, Triputra, dan Waresix.
Gokomodo menyediakan layanan pengadaan dan e-commerce untuk perusahaan di industri pertanian dan komoditas di Indonesia. Melalui platform online startup tersebut, perusahaan dapat memesan produk seperti peralatan pertanian dan peralatan keselamatan dari 68 merek.
Sementara itu, pemasok dapat mengirimkan penawaran harga dan melacak data penjualan mereka. Pada tahun 2022, mereka mengumpulkan US$26 juta dalam putaran pendanaan seri A yang dipimpin oleh East Ventures.
8. iSeller Commerce
Perusahaan ini didukung oleh AppWorks, Beacon Capital, Intudo Ventures, Mandiri Capital Indonesia, dan Openspace Ventures.
Melalui situs web dan aplikasinya, iSeller membantu perusahaan kecil hingga menengah mengelola inventaris mereka, membangun etalase online, dan mempromosikan penjualan melalui saluran seperti media sosial.
Startup yang berbasis di Jakarta, yang merupakan bagian dari Intersoft Solutions di Indonesia, mengklaim telah memproses lebih dari US$500 juta pembayaran digital dan melayani 100.000 bisnis.
Baca juga: Setiap Pebisnis Harus Punya Buku Ini! – Edisi Terbaru Karya Dini Hertita
9. Saturdays
Startup ritel ini berdiri pada 2016. Saat ini Saturdays memiliki investor utama Alpha JWC Ventures, Alto Partners, Altara Ventures, DSG Consumer Partners, Genesis Alternative Ventures, dan Kinesys Group.
Startup yang fokus berjualan kacamata ini mengoperasikan 45 toko fisik di seluruh Indonesia, memungkinkan pelanggan untuk “mencoba” desain secara virtual melalui situs web dan aplikasi mereka.
Pada tahun 2020, selama pandemi, Saturdays meluncurkan layanan ahli kacamata di rumah bagi pelanggan untuk menerima pemeriksaan mata dan bingkai pandang pilihan mereka. Ke depan, startup ini bertujuan untuk berekspansi secara nasional.
Baca juga: Remaja 15 Tahun Sukses Dirikan Startup Senilai Rp16 Miliar dari Toilet Sekolah
10. Tip Tip
Startup teknologi konsumen ini didirikan pada 2021. Dengan investor utama East Ventures, SMDV, dan Vertex Ventures.
Perusahaan ini bertujuan untuk ekonomi kreator di Asia Tenggara, TipTip membantu influencer di Indonesia terhubung dengan penggemar dan memonetisasi konten mereka.
Melalui situs web atau aplikasi TipTip, influencer dapat melakukan streaming langsung, berbagi konten eksklusif untuk pelanggan, menjual tiket acara, dan banyak lagi.
Dengan pendanaan lebih dari US$23 juta, startup ini mengklaim telah bekerja dengan lebih dari 10.000 pembuat konten.
11. Xurya
Startup di bidang konstruksi dan rekayasa ini didirikan tahun 2018.
Investor utamanya ada AC Ventures, Clime Capital, Crevisse, East Ventures, GoTo, Mitsui & Co., New Energy Nexus, Prasetia Dwidharma, Saratoga Investment, Sermsang Power Corp., dan Schneider Electric.
Sebagai startup energi terbarukan, Xurya menyewakan panel surya kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Startup tersebut mengatakan telah menyelesaikan 128 instalasi hingga saat ini, termasuk desain, pengoperasian dan pemeliharaan panel surya.
Menurut Xurya, infrastruktur panel surya yang mereka sediakan dapat memasok antara 25% dan 30% dari total konsumsi listrik industri.
Baca juga: Rahasia Sukses Hadapi Rintangan Bisnis Startup