AnakStartup.id – Ecommerce Lazada, yang merupakan sayap bisnis Alibaba di Asia Tenggara, baru-baru ini dilaporkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak hanya di kantor pusatnya di Singapura tetapi juga di seluruh pasar Lazada beroperasi di Asia Tenggara.
Hal ini dikonfirmasi oleh seorang karyawan Lazada Malaysia dalam wawancara eksklusif dengan TNGlobal pada hari Minggu tanggal 8 Januari 2024.
Menurut karyawan Lazada Malaysia tersebut yang berbicara dengan syarat anonim karena khawatir akan imbasnya, PHK tidak hanya terjadi di Singapura seperti yang dilaporkan sebelumnya, tetapi juga meluas ke Malaysia dan semua negara di Asia Tenggara tempat Lazada beroperasi, termasuk Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Ia mengatakan departemen yang paling terkena dampak adalah marketing, marketing solutions, komersial, dan pertumbuhan bisnis. Namun, karyawan tersebut tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah karyawan yang terkena PHK.
Karyawan Lazada Malaysia itu juga mengungkapkan bahwa rencana reorganisasi baru akan segera diumumkan oleh manajemen Lazada paling lambat tanggal 15 Januari 2024. Ia menduga pengumuman tersebut terkait dengan upaya perusahaan melakukan efisiensi dan restrukturisasi organisasi pasca PHK.
Menurut karyawan Lazada Malaysia itu, di Malaysia kompensasi PHK yang diberikan kepada karyawan yang terkena dampak cukup memadai yaitu dua minggu gaji untuk setiap tahun masa kerja. Namun, ia menilai buruknya perusahaan tidak melakukan townhall meeting terlebih dahulu sebelum pengumuman PHK sehingga keputusan itu cukup mengejutkan banyak karyawan.
Hingga berita ini diturunkan, Lazada belum memberikan tanggapan secara resmi atas permintaan klarifikasi dari media TNGlobal terkait PHK yang dilakukannya itu.
Sebelumnya pada hari Rabu tanggal 4 Januari 2024, media bisnis ternama Singapura The Edge Singapura melaporkan telah terjadi PHK oleh manajemen Lazada di kantor pusatnya di Singapura pada tanggal 3 Januari 2024 yang menimpa karyawan level yunior hingga senior dari berbagai departemen termasuk tim komersial dan pemasaran.
Karyawan yang terkena dampak PHK menerima undangan kalender mendadak untuk menghadiri pertemuan tatap muka secara individual dengan manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Lazada pada akhir jam kerja tanggal 2 Januari 2024. Tindakan mendadak itu diduga sebagai upaya manajemen untuk mengejutkan karyawan yang akan di-PHK.
The Edge Singapura juga melaporkan bahwa sejak tahun lalu, kantor pusat Lazada Singapura juga telah beroperasi tanpa departemen komunikasi internal, yang mengurusi hubungan media dan publik. Hal ini diindikasikan adanya upaya efisiensi perusahaan sejak sebelum PHK besar-besaran ini terjadi.
Melalui pernyataan resminya kepada CNBC, juru bicara Lazada Singapura enggan mengonfirmasi atau membantah telah terjadinya PHK di perusahaan. Namun, juru bicara tersebut menyatakan bahwa Lazada sedang dalam proses melakukan penyesuaian-penyesuaian secara proaktif untuk mentransformasi tenaga kerja agar lebih gesit dan ramping dalam rangka memenuhi kebutuhan bisnis di masa depan.
Lazada juga mengklaim bahwa transformasi organisasi ini mengharuskan manajemen Lazada untuk menilai ulang kebutuhan tenaga kerja dan struktur operasional guna memastikan posisi Lazada lebih kuat dalam membangun ketahanan bisnis dan sumber daya manusia untuk jangka panjang. Pernyataan ini secara tidak langsung mengkonfirmasi telah terjadi PHK demi mentransformasi bisnis Lazada ke depannya.
Sebagai latar belakang, Lazada didirikan pada tahun 2012 oleh inkubator teknologi asal Jerman bernama Rocket Internet. Tujuan pendiriannya adalah untuk menjadi pesaing utama Amazon di pasar e-commerce Asia Tenggara yang saat itu masih relatif baru berkembang.
Pada tahun 2016, raksasa e-commerce asal Tiongkok Alibaba Group mengakuisisi saham pengendali Lazada senilai USD1 miliar dalam langkah akuisisi luar negeri terbesar mereka pada masa itu. Pengambilalihan Lazada menjadi gerbang masuk dan keunggulan kompetitif Alibaba untuk menguasai pasar e-commerce yang tumbuh pesat di Asia Tenggara.
Saat ini, di kawasan Asia Tenggara Lazada bersaing ketat dengan platform e-commerce lainnya seperti Shopee asal Singapura, Tokopedia dan Bukalapak dari Indonesia, serta The 1st Store dari Thailand.
Persaingan yang semakin sengit di tengah perlambatan ekonomi global mendorong perusahaan-perusahaan rintisan internet seperti Lazada untuk melakukan efisiensi bisnis termasuk dengan cara PHK dan restrukturisasi organisasi.
Gelombang PHK di Lazada terjadi setelah sepanjang tahun 2022 lalu, sejumlah perusahaan e-commerce dan teknologi di Asia Tenggara juga dilaporkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran dalam upaya menekan biaya operasional dan tetap bertahan di tengah perlambatan ekonomi global pasca pandemi COVID-19.
Pada Maret 2022, raksasa e-commerce asal Singapura Shopee dilaporkan mem-PHK sekitar 200 karyawannya di Indonesia, terutama dari departemen layanan pelanggan. Pada bulan yang sama, perusahaan teknologi terbesar di Indonesia GoTo yang merupakan hasil merger Gojek dan Tokopedia, mengumumkan PHK putaran kesekian kalinya untuk melakukan efisiensi organisasi dan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Kemudian pada Juni 2022, perusahaan super app asal Singapura Grab juga melakukan PHK besar-besaran yang menghapus 1000 karyawan mereka. CEO dan Pendiri Grab Anthony Tan menyatakan langkah tersebut sebagai upaya fundamental untuk melakukan perubahan model operasi dan struktur biaya guna membangun daya saing jangka panjang Grab.
Terakhir, pada November 2022, perusahaan jual-beli mobil bekas online asal Malaysia Carsome juga dilaporkan memangkas ratusan karyawannya demi mencapai profitabilitas perusahaan.
Berbagai PHK yang terjadi di perusahaan rintisan internet dan e-commerce ini mengindikasikan perlambatan pertumbuhan di sektor tersebut akibat kondisi ekonomi global yang kian melambat.
Para pelaku bisnis berupaya melakukan konsolidasi bisnis dan efisiensi operasional untuk bertahan dan tetap kompetitif di tengah resesi yang diperkirakan masih berlanjut pada 2024 ini.